Category: Uncategorized

  • Cara Menghitung Kapasitas Drag Setting dan lbs Joran UL

    Kapasitas Drag setting dan Lbs Joran UL adalah hal yang penting diperhitungkan bagi para angler yang hobi Casting. Kombinasi dari kelenturan, panjang dan ukuran drag setting akan berpengaruh pada jauhnya lemparan dan kemungkinan menjaga strike ikan tidak lepas saat casting.

    Menghitungan Set Drag Maksimal joran UL

    Langkah pertama yang harus diketahui adalah silahkan baca spesifikasi joran. Pada umumnya Joran casting kategori UL dan L adalah

    1. 2-6 lb
    2. 4-8 lb

    Mari kita misalkan mengambil joran dengan spesifikasi 2-6 lb. Joran ini akan memiliki cincin dan daya lentur yang cocok untuk senar 2 sampai 6 lb untuk tipe PE dan maksimal 4 lb untuk senar tipe Monoline ayau Nylon.

    Aturan umum biasanya untuk Senar PE yang memiliki daya lentur kurang biasanya drag setting di atur pada 25%-30% dan 50% untuk Nylon. Dengan demikian ketahanan joran dapat dihitung sebagai berikut:

    1. PE 2-6 lb

    6 lb x 30% = 1.8 lbs atau 0,81 kg

    2. Pe 4 lb

    4 lb x 50% = 2.0 lbs = 0.90 kg


    Joran merupakan merupakan salah satu piranti mancing dengan model dan action yang berbeda beda. Sehingga berbagai pemancing galau untuk menentukan jenis joran yang sesuai sehingga bisa balance dengan set piranti yang digunakan.

    Beberapa pabrikan joran sendiri tidak memiliki patokan baku yang bisa dijadikan standart untuk ukuran lbs joran, hal ini bekerjsama sangat menyulitkan pemancing sendiri lebih lebih yang memiliki budget pas – pasan.

    Ada dua hal yang sering dilakukan oleh pabrikan joran untuk mensiasati biar brand mereka tetap cantik ialah menurunkan ukuran lbs joran sehingga resiko patah dikala pemakaian bisa diminimalisir misal : kapasitas lbs joran 8 lbs ditulis 6 lbs dst. Yang kedua memaksimalkan disain joran dengan cara menggunakan ukuran ring guide sesuai dengan besar senar yang digunakan sehingga menghindari pemakaian senar yang melebihi kapasitas yang dianjurkan. Khusus untuk joran joran lbs kecil (ultra light dan light) menentukan panjang handle joran juga menjadi alternatif lain sehingga sensasi fight dengan ikan akan lebih terasa, terutama dilema setting drag, dimana handle pandek yang ditahan satu tangan akan jauh lebih terasa ukuran dragnya (karena penggunaan drag ukuran kecil) dibanding handle panjang yang bisa ditahan oleh siku/ ketiak sehingga settingan drag pada reel akan terasa lebih ringan (belum maksimal). Hal ini tentunya akan sangat riskan kalau kita tidak sett drag pasa reel dengan benar sebelumnya, bisa jadi dikala fight dengan ikan kita tiba-tiba menaikan drag melebihi kapasitas senar sehingga senar putus atau bahkan rod patah kalau pemakaian senar melebihi kapasitas joran.

    Pada pertemuan kali ini kita akan membahas cara manual mengukur lbs joran dengan cara melaksanakan setting drag biar kita menerima daya redam joran maksimal sesuai dengan kapasitas senar yang kita gunakan.

    Kita ambil teladan joran 2- 6 lb, kita bisa lakukan pengetesan dengan menggunakan senar maks 6 lb untuk PE dan 4 lb untuk senar mono, dengan menggunakan setting drag 25-30 persen untuk senar PE 6 lb. Tentunya berbeda sekali dengan senar mono terutama senar nylon yang bisa sampai maks 50 persen, sebab memiliki daya redam lebih baik dan hanya mengalami drop sedikit sekali dibanding PE setelah disimpul apalagi kalau penggunaan simpul untuk nylon bisa diatas 90 %.

    Adapun caranya: pertama-tama pasang set piranti dan masukan senar ke ring guide, kemudian posisikan joran tegak vertikal ( khusus joran dengan lbs kecil) tahan joran bisa menggunakan kaki. Kemudian ikat senar ke timbangan (bisa menggunakan timbangan digital atau sejenisnya). Setelah semua siap tarik senar( dilakukan  oleh 2 orang) dan mulai kencangkan drag berlahan sampai sesuai dengan nilai drag yang aman ialah 25 sampai 30 persen kekuatan senar.

    Setelah kita dapatkan drag sebesar 0.9 kg (kondisi joran aman dari resiko patah) kemudian tarik senar dengan hentakan, disini kita bisa melihat kemampuan daya redam joran sebelum drag reel berputar dan senar keluar dari spool reel dengan melihat lengkungan joran (derajat joran tidak melebihi 45 derajat). Jika joran sedikit sekali meredam hentakan dengan sedikit lengkung sampai drag reel keluar artinya kapasitas redam joran diatas 6 lb.

    Perlu diperhatikan ialah action joran itu sendiri (biasanya tertulis di spec joran) baik reguler fast, atau fast tapper, sebab titik lifting power joran berbeda2. Kita bisa lihat dari kedua video berikut ini dengan action joran fast dan reguler fast :

    https://youtube.com/watch?v=QS8XlbTKUAA%3Ffeature%3Dplayer_embedded
    https://youtube.com/watch?v=QS8XlbTKUAA%3Ffeature%3Dplayer_embedded

    Selain mengetahui kapasitas maks joran kita juga bisa melihat kapasitas minium joran dengan cara yang sama, misal joran 2-6 lb, kita bisa mempergunakan senar ukuran 2 lb, 3lb, 4lb atau tetap menggunakan 6lb dengan catatan drag yang kita setting diangka 2 lb ialah 2 x 30 ÷ 100 = 0.6 lbs atau 0.6 ÷ 2.2 = 0.27 kg bisa di bulatkan 0.3 kg.

    Apa manfaat balance tackle pada piranti UL

    Rod patah akhir menggukan senar 6lb pada joran 3lb

    Piranti ultra light baik joran maupun senar akan sangat rawan putus atau joran patah, sebab lbs nya yang kecil sehingga kalau power kita terlalu over tanpa diimbangi setting drag dan balance tackle kita akan mengalami banyak masalah, entah sebentar -sebentar harus ikat leader atau kemungkinan terburuk joran patah yang pasti bikin sakit kepala kalau kita harus kehilangan banyak lure yang hargaanya tidak murah.

    Joran yang kapasitasnya melebihi 6lb menurut standart pabrikan joran ialah 2-6 masuk kategori Ultra light sedangkan 4-8 lb masuk kategori light, akan memiliki daya redam kurang maksimal hal ini sangat dibutuhkan bagi penggunaan senar2 ukuran kecil (dibawah 6lb) sebab daya elongasi leader sendiri akan sangat minim bisa dimaksimalkan sebelum senar pe mengalami break (putus) bahkan kalau kita mancing di spot2 yang rawan sekali ukiran tentunya kita harus menggunakan leader sampai 2 kali lipat kekuatan PE, sehingga semua akan bertumpu pada kemampuan daya redam joran itu sendiri untuk menghandle setiap hentakan.

    Joran dengan kapasitas over diatas 6lb juga akan rawan sekali putus dikala cast sebab louding joran akan berbalik sangat cepat sampai beresiko terjadi hentakan pada senar PE. Selain itu joran yang terlalu over juga tidak akan bisa maksimal untuk long cast dengan ukuran lure dibawah 7 gr.

    Begitu juga sebaliknya kalau lbs joran dibawah kapasitas lbs senar sudah pasti akan bermasalah.

    Kesimpulan dengan setting drag berbagai hal hal yang kita bisa dapatkan antara lain kita bisa memaksimalkan kemampuan piranti, kita bisa memperoleh piranti yang sesuai dengan kemampuan dan abjad kita, kita bisa menerima piranti yang balance dll. Selamat mencoba semoga bermanfaat.

  • Membaca Spesifikasi Joran Pancing dan Action Play Fishing Road

    Spesifikasi Joran Pancing sangat penting bagi para angler. Spesifikasi ini menentukan cara memancing, spot mancing yang sesuai dengan teknik mancing yang pas. Informasi spesifikasi ini dapat dilihat di bagian road yang selalu disertakan oleh ProdusenJoran.

    Spesifikasi Joran

    Spesifikasi Joran atau Fishing pada umumnya terbagi atas 3 informasi teknis dan 4 informasi bahan jorang Adapun informasi tersebut adalah

    1. Panjang joran
    2. Kekauatan Tahanan Beban (PE – lbs)
    3. Berat Maksimum Lure
    4. Cast Tipe seperti Jigging atau Casting
    5. Bahan seperti Fiber atau Karbon
    6. Bentuk Joran yakni Solid atau Hollow
    7. One piece atau Mulitpiece

    Pembahasan kali ini kita batasu 3 informasi teknis saja terlebih dahulu yakni Panjang Joran, Kekuatan Beban dan Lure Weigth

    1. Length

    Length adalah panjang joran. Spesifikasi ini sangat penting yang menentukan action joran. bererti panjang sesuatu joran merupakan spesifikasi yang wajib ada di keterangan joran kesayangan kita. Seringkali kita menjumpai kiraan panjang di joran kita tertulis dengan  feet ( “ ). Hal ini tentunya sangat membingungkan kita kerana pemancing  umumnya lebih familiar senang dengan kiraan centimeter (cm).

    Sebagai contoh joran dengan spesifikasi length 602. Hal ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa panjang joran tersebut adalah 180 cm.  Angka 180 cm muncul apabila kita mengetahui bahwa 1 feet = 30.48 cm. 6.0“ x 30,480= 182.88 cm. maka diambil rata-rata bahwa panjang joran tersebut adalah 180 cm. sementara angka kod 2 dibelakang angka 60 merupakan kod section (jumlah sambungan) joran yang bererti joran kira 2 sambung(section)

    Line WT

    Istilah line WT atau line weight merupakan kiraan ukuran  maksimal yang boleh digunakan pada joran kita.  Sebagai contoh spesifikasi joran dengan line WT  10-20 lbs  dipastikan kekuatan joran itu hanya mampu menahan beban seberat 9 kilogram (maksimal). Hal ini berdasarkan pada kiraan bahwa 1 lbs =0,0454 kilogram. Maka jika line wt  joran kita adalah 20 lbs kita tinggal kalikan saja dengan cara 0,454 x 20 =9.08 kilogram.

    PE 1-3, PE 2-4, PE 3-6

    Apabila para pemancing memiliki joran  jigging atau popping pastinya akan menemukan tulisan seperti PE 1-3, PE 2-4 dan seterusnya. Angka pada PE 1-3 sebagai contoh mempunyai erti kemampunan sesuatu joran (line weight)  menggunakan braided PE 1 dan maksimal PE 3. Sama halnya dengan keterangan PE 2-4 dimana joran kita lebih mampu menggunakan PE size 2 dengan penggunaan maksimal PE 4.

    Pengiraan keterangan PE bukan tanpa alasan oleh pembekal, kerana tiap joran mempunyai kemampuan maksimal  tersendiri

    Cast Weight

    Cast weight sebenarnya merujuk pada berat maksimal lure(umpan) yang sanggup dilontarkan oleh joran kita. Sebagai  contoh apabila di joran kita tertulis keterangan CW atau cast weight 8-20gr, maka penggunaan lure yang sangat direkemen adalah lure dengan berat antara 7-20 gram. Apabila kita menggunakan lure dibawah 7 gram, kemungkinan lure yang kita lempar tidak akan mencapai  terjauh (long cast) yang kita inginkan.

    Sementara apabila lure yang kita gunakan menglebihi had 20 gram dikhuatirkan akan merusak blank serta section joran kita.

    Lure Weight

    Lure weight sebenarnya tidak jauh berbeza dengan cast weight hanya kiraan saja  menggunakan kiraan Oz.  Cara kiraan lure Weight yang menggunakan kiraan Oz adalah sebagai berikut :

    1 Oz = 28,349 gram

    Maka apabila di joran kita tertulis Lure Weight nya 3/8 Oz bererti 3 dibagi 8 x 28,349 gram = 10,63 gram yang jika diambil keseluruhannya adalah 11 gram.

    Apa yang pasti setiap generasi sebenarnya wajib memainkan peranan dalam mendidik kearah pancingan yang lebih sihat. Usah mengutuk, usah menghina dan usah mendabik dada jika ilmu hanya setakat sepuntung rokok yang akan habis. Usah menjadi seperti signal starhub yang kejap-kejap bagus, kejap-kejap hancur .
    Golongan muda hormatilah golongan yang lebih tua begitu juga sebaliknya yang menganggap diri tu hebat hormatlah yang muda. Usahlah mengangkat diri konon2 telalu hebat sehingga boleh mencecah langit. Kita semua manusia biasa yang hidup di dekad yang berlainan teknologi dan aliran. Yang lama sepatutnya mendidik yang baru dengan adap yang sesuai dan yang baru menghormati yang lama. Di sinilah ilmu lama dan baru akan bertembung untuk kombinasi pancingan yang lebih mantap.
    Ingat misi kita ialah memancing bukan berpolitik.

    JIKA ADA KEKURANGAN PADA PERKONGSIAN KALI INI ..KAMI DARI TOKKELEN ANGLERS MEMINTA MAAF …HARAP DPTLAH ILMU YG SEDIKIT INI MEMBERI MANFAAT PADA PEMANCING SEMUA..SALAM STRIKE DAN SALAM 1 HOBBY

  • Dampak Buruk Tayangan Mancing

    Acara mancing menjadi salah satu tayangan yang banyak ditonton dan sedikit menginfluence banyak orang untuk ikut mengeluti olahraga dan hobi mancing. Tidak hanya memiliki nilai Positif, terdapat juga dampak buruk tayangan mancing.

    Dampak Buruk Acara Mancing

    Pagi ini seorang teman menanyakan operator mancing di Raja Ampat untuk tamunya. Kemudian teman yang lain bertanya bukankah di raja ampat daerah konservasi dan dilarang memancing. Hal ini diiyakan oleh teman yang pertama. Beliau juga mengeluh bahwa tamu yang akan kesana itu adalah pemancing lama yang masih old school banget.”Buat dia mancing itu ya naikin ikan. Gak ada tuh yang namanya release, berapa sih yang diambil pemancing dibanding garong pukat, excuse-nya selalu begitu…” keluh teman yang pertama.

    Effek tayangan mancing yang dishoot pada lokasi-lokasi konservasi membuat orang-orang berduit namun “tidak memiliki otak” dengan mudahnya merusak daerah konservasi tersebut.

    Rusaknya terumbu karang bukan hanya akibat ikan-ikannya diambil, tapi juga karena gesekan atau ketiban jangkar (ini yang fatal dan sering), polusi (oli, bensin bocor, sampah) dll. Terumbu karang yang butuh puluhan hingga ratusan tahun, akan rusak dalam sekejab. Apalagi semakin banyaknya orang-orang berduit namun “tak punya otak” yang terinspirasi oleh tayangan-tayangan mancing yang diambil pada daerah-daerah konservasi.

    Semoga tulisan ini bisa menyadarkan pihak2 yang berkepentingan terhadap pelestarian lingkungan untuk meredam napsu yang dapat merusak lingkungan.
    #lirik_rumah_produksi_tayangan_mancing

  • Kamus Istilah Mancing Indonesia dan Inggirs

    Kamus Mancing

    Berikut ini istilah kamus mancing di Indonesia baik dalam bahasa lokal maupun bahasa Inggris.

    Bahasa Indonesia

    Bahasa Inggris

    Anggler : Pemancing

    Big Game : Mancing dengan target Ikan besar, Ex : Tuna, Rubi, Escolar

    1. ANGLER = Pemancing.
    2. BIG GAME FISHING TOURNAMENT = Turnamen ikan-ikan besar, dilakukan di laut dalam & biasanya ikan utama yang menjadi sasaran adalah jenis marlin atau layaran.
    3. BILLFISH  = Jenis ikan berparuh, termasuk marlin hitam, marlin biru, marlin loreng, ikan tondak, dan ikan layaran.
    4. BACKLASH = Kusutnya line pada reel akibat salah casting (melempar) umpan,biasanya terjadi pada reel baitcasting.
    5. BAIT FINESSE (BFC) = Merupakan istilah untuk pengguna reel baitcasting namun dengan kapasitas piranti yang sangat ringan.
    6. Reel BC = Merupakan singkatan dari Reel Baitcasting yang merupakan jenis reel Overhead
    7. BLACK MARLIN = marlin hitam, setuhuk hitam, Makaira indica.
    8. BLUE MARLIN = Makaira nigricans.
    9. BONCOS = Merupakan istilah yang sering dipakai oleh para pemancing dari indonesia setelah selesai mancing namun tidak memperoleh satupun hasil dari memancing.
    10. CATCH & RELEASE = Memancing ikan kemudian hasil pancingan dilepaskan, sebelum dilepaskan kembali biasanya angler mangambil foto sebagai bukti angler telah berhasil memancing ikan tersebut. Istilah ini biasanya digunakan pada jenis-jenis ikan billfish, GT walaupun tidak tertutup kemungkinan digunkan untuk jenis ikan lain. Hal ini dilakukan untuk melindungi jenis-jenis ikan tertentu dari kemusnahan selain itu untuk pelestarian ikan dan melatih pemancing untuk tidak melakukkan over fishing. mungkin cara seperti ini seing dipertontonkan dalam acara mancing di televisi-televisi swasta.
    11. DRAG = Putaran mati pada ril penggulung (spinning reel ).FISHING KNOT=Simpul – simpul yang lazim digunakan untuk mancing.
    12. FISH FINDER/DEPTH SOUNDER = Alat berbentuk monitor untuk mencari lokasi ikan. Depth sounder ini terdiri dari tranducer yg berfungsi sbg sensor & monitor yang berguna untuk menampilkan hasil gambar dasar laut.
    13. FISHING BOAT= Kapal mancing.
    14. FORMASI = Federasi Olah Raga Mancing Seluruh Indonesia, pertama didirikan tahun 1993.
    15. GPS = Global Positioning System, peralatan elektronik untuk mencari/menandai koordinat suatu tempat tertentu. Biasa dipakai pemancing untuk mencari tandes ikan atau lokasi yang banyak ikannya.
    16. GALATAMA = Istilah Galatama diambil dari istilah liga sepakbola Indonesia jaman dulu yang intinya adalah lomba yang memperebutkan juara peringkat. Jadi mancing Galatama adalah mancing dengan target menjadi Juara dalam pertandingan mancing. Biasanya memperebutkan Juara induk terberat 1, Juara induk terberat 2, Juara induk terberat 3, dan Juara Prestasi (Total tangkapan terbanyak).
    17. HOOK = Mata kail.
    18. HOOK UP atau STRIKE = Kail menancap di mulut ikan atau umpan disambar ikan.
    19. HAND LINE = Memancing tanpa menggunakan joran dan reel alias langsung pake tangan. Namun tetap pake line dan mata pancing.
    20. IGFA = International Game Fish Association, organisasi mancing dunia yg berkantor pusat di Florida, Amerika Serikat.
    21. JIGHEAD = Mata kail yang di lengkapi bandul timah di ujung kepalanya. Mata kail ini khusus untuk lure softplastik dan worm.
    22. KONAHEAD = Umpan tiruan menyerupai cumi-cumi, biasanya dipakai untuk memancing dengan cara menonda (trolling) untuk jenis ikan marlin atau layaran.
    23. KENUR = Senar pancing, bisa berupa monofilamen (senar berserat tunggal) atau Braided (berserat banyak).
    24. LEADER = Pada dasarnya adalah Line yang menghubungkan line utama kita dengan umpan. Jadi leader posisinya selalu paling dekat dengan umpan.Bagian line kita yang terletak paling ujung selalu mendapat tugas paling berat, karena kemungkinan bagian ini akan kena gigit, bergesekan dengan badan/sirip ikan, bergesekkan dengan lunas kapal, bergesekkan dengan karang, dll. Oleh karena itu digunakanlah leader/tali pandu. Leader biasanya berkekuatan lebih besar dari line utama karena tugasnya yang lebih berat.
    25. LIVE BAIT = Umpan hidup biasanya udang, kodok ataupun sotong yg masih hidup.
    26. LBS = POUND, satuan pound berasal dari bahasa latin “pendere” yang artinya menimbang , bahasa latinnya adalah “libra” yang berarti timbangan atau keseimbangan. Dipakai oleh bangsa romawi sebagai satuan massa yang sama dengan pound, kadang2 kita menyebutnya libs, sebetulnya kepanjangan dari lbs adalah international avoirdupois pound ini digunakan oleh inggris pada undang undang “Weights and Measures Act” pada tahun 1963. pound (lbs) dan kilogram dijadikan satuan ukuran massa. 1 pound/Lbs = 0,45359 kilogram
    27. LURE = Umpan buatan berbentuk mainan ikan-ikanan biasanya digunakan dalam teknik Casting, Popping, Jigging, Trolling, dan Fly fishing. Jenis Lure: popper, konahead, minnow, chugger, jerk-bait, stick-bait, pencil, metal jig, spoon, spinner, softplastic, worm, flies, buggy, frogy dan lain -lain.
    28. MANCING HARIAN= Mancing satu harian penuh dengan membayar uang sewa kolam.
    29. MANCING KILOAN = Mancing dengan sistem memancing terlebih dahulu lalu menimbang perolehan ikan yg terpancing dan membayar sebesar apa yg diperoleh berdasarkan satuan KILOGRAM kemudian ikan di bawa pulang.
    30. MOCEL = Suatu kondisi dimana pemancing sedang menggulung senar setelah mendapatkan ikan namun ikan tersebut lepas bisa karena kurang menancap kailnya maupun senar putus.
    31. NGOTREK =Pelampung bergoyang seperti mesin jahit ketika umpan dimakan ikan.
    32. NGOYOR = Memancing langsung masuk ke dalam air biasanya dengan kedalaman air sepinggang orang dewasa.
    33. OUTTRIGGER = Tiang penghela yang dipasang di sisi kapal, gunanya untuk merentangkan kenur agar tidak berimpitan.
    34. REEL = Ril, alat penggulung, bisa berbentuk spinning, spincast, baitcasting atau trolling.
    35. RIGGING= Rangkaian kail pada umpan.
    36. ROD = Joran / gagang pancing. Bahannya mulai dari yg tradisional seperti dari bambu sampai yang grafit.
    37. SAILFISH = ikan layaran.
    38. SWIVEL atau KILI-KILI= Penyambung yang bisa berputar ukuran dan bentuknya bentuknya bermacam macam.
    39. SPOT= Titik lokasi dimana target ikan terlihat atau diperkirakan ada.
    40. TAG = Label yg ditancapkan pada ikan berisi informasi nomor tag & alamat lembaga resmi yg mengeluarkannya. Setiap nomor tag nantinya akan disertai informasi mengenai keterangan tentang spesies ikan, perkiraan panjang & berat ikan, tanggal & tempat ikan terpancing, nama & alamat pemancing, serta nama kapal & kaptennya. Informasi ini dikirim ke lembaga yg mengeluarkan tag tersebut. Program tag ini pertama kali dilaksanakan pd tahun 1963. Organisasi yang khusus mengelola informasi labeling ikan berparuh adalah The Billfish Foundation.
    41. TAG & RELEASE  = Label lalu Lepas, ikan yg tertangkap hanya diberi label, lalu dilepaskan kembali. Istilah ini biasanya digunakan pada jenis ikan berparuh (billfish), walaupun tidak tertutup kemungkinan penggunaannya pd jenis ikan lain. Hal ini dilakukan untuk melindungi jenis-jenis ikan tertentu terhadap kemusnahan.
    42. TEGEG = Joran panjang dan ramping tanpa menggunakan reel. Tegeg ada yg 1 piece atau yang berbentuk antena.
    43. UL = UL adalah ultra light fishing dimana piranti mancing yang digunakan berukuran kecil dari joran, reel, senar, hingga lure.
    44. WIREMAN = Orang yang memegang tali pandu, bertugas menarik ikan yang sudah naik ke permukaan dan mendekatkan ke pinggir kapal.
    45. YFT/TUNA SIRIP KUNING = Yellowfin Tuna/ Thunnus albacares.
  • Daerah Penangkapan dan Spot Mancing Ikan – Fishing Ground

    Daerah Penangkapan dan Spot Mancing Ikan

    A. Pengertian Daerah Penangkapan Ikan

    Suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis.

    Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan denganteknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Halini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.

    Sebab-Sebab Utama Jenis ikan berkumpul disuatu daerah perairan. a. Ikan-Ikan tersebut memiliki perairan yang cocok untuk hidupnya. b. Mencari makanan. c. Mencari tempat yang sesuai untuk pemijahannya maupun untuk perkembangan larvanya.

    B. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan

    Kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah sebagai berikut :

    1. Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan menjadi daerah penangkapan ikan.
    2. Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan. Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine. Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan.
    3. Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Ini sangat alamiah di mana manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara jumlah investasi dan pemasukan. Anggaran dasar yang mencakup pada investasi sebagian besar dibagi menjadi dua komponen, yakni modal tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal tidak tetap seperti gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya perbekalan. Para manajer perikanan harus membuat keuntungan pada setiap operasi. Jika daerah penagkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, itu akan memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut benar-benar memiliki harapan yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang lebih jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi usaha perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian kita dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh.

    Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.

    C. Pemilihan Daerah Penangkapan Ikan

    Hal pertama yang harus kita ketahui tentang keberadaan daerah penangkapan ikan menurut spesis ikan dan dari musim. Pemilihan daerah penangkapan ikan akan dibahas dengan sesuai pemahaman dari efisiensi, keuntungan dan ekonomi usaha perikanan. Metode pemilihan akan dibahas sebagai berikut

    1. Asumsi awal tentang area lingkungan yang cukup sesuai dengan tingkah laku ikan yang diarahkan dengan menggunakan data riset oseanografi dan meteorologi.
    2. Asumsi awal tentang musim dan daerah penangkapan ikan, dari pengalaman menangkap ikan yang lampau yang dikumpulkan ke dalam arsip kegiatan penangkapan ikan masa lampau.
    3. Pemilihan daerah penangkapan ikan yang bernilai ekonomis dengan mempertimbangkan dengan seksama jarak dari pangkalan, kepadatan gerombolan ikan, kondisi meteorologi, dan lain sebagainya.

    D. Klasifikasi Daerah Penangkapan Ikan


    A). Berdasarkan Daerah Operasinya.

    1. Littoral Zone Fishing Ground

    2. Coastal Fishing Ground

    3. High Sea Fishing Ground

    4. Island Waters Fishing Ground

    B). Berdasarkan Alat dan Metode Penangkapannya

    1. Fixed Trap Net Fishing Ground

    2. Lift Net Fishing Ground

    3. Purse Seine Fishing Ground

    4. Trawl Net Fishing Ground

    5. Gill Net Fishing Ground

    6. Angling Fishing Ground

    C). Berdasarkan Jenis Ikan Target Penangkapan

    1. Sardine Fishing Ground

    2. Mackerel Fishing Ground

    3. Bonito Fishing Ground

    4. Tuna Fishing Ground

    D). Berdasarkan Habitat Ikannya.

    1. Demersal Fishing Ground

    2. Pelagic Fishing Ground

    3. Shallow Fishing Ground

    E). Berdasarkan Kedalaman Perairannya.

    1. Shallow Sea Fishing Ground

    2. Deep Sea Fishing Ground

    F). Berdasarkan Nama Perairannya.

    1. Cina Selatan Sea Fishing Ground

    2. Banda Sea Fishing Ground

    3. Samudera Sea Fishing Ground

    4. Arafura Sea Fishing Ground

    G). Berdasarkan Letak Perairannya.

    1. Laut Fishing Ground

    2. Sungai Fishing Ground

    3. Danau Fishing Ground

    4. Rawa Fishing Ground

  • Makalah Tingkah Laku Ikan Tuna Big Eye – Thunnus obesus

    Makalah Tingkah Laku Ikan Tuna Big Eye – Thunnus obesus

    Mempelajari tingkah laku ikan tuna Big Eye sangat penting bagi pemancing. Terutama buat kalian yang mengincar Big Eye YFT sebagai target mancing.

    Tingkah Laku Ikan Big Eye Tuna

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah beriklim tropis. Sebagai negara dengan 17.504 jumlah pulau, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dengan 73 % luas wilayahnya adalah lautan. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara maritim dengan potensi sumber daya laut yang sangat besar.

    Salah satu bentuk keayaan sumber daya alam kelautan Indonesia adalah sektor perikanan. Kondisi laut dengan perairan hangat dengan ekosistem yang beraneka ragam membuat Indonesia menjadi salah satu laut yang kaya akan ikan Tuna termasuk jenis Mata Belo yakni Thunnus obesus.


    Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) atau lebih dikenal dengan Bigeye Tuna adalah salah satu anggota Famili Scombridae dan merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan tuna yang paling utama di Indonesia selain Tuna Sirip Kuning atau Madidihang (Thunnus albacares) dan Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus maccoyii). Ekspor Tuna Mata Besar pada umumnya dalam bentuk segar dan beku.

    Pemanfaatan sumber daya tuna, terutama Tuna Mata Besar sendiri di perairan Samudera Hindia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2005) mencatat bahwa ada sekitar 6.547 unit kapal tuna longline di Indonesia pada tahun 2003. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada tahun 2002 yang hanya berjumlah 2.264 unit. Diduga jumlah kapal tuna longline yang beroperasi di seluruh perairan Indonesia sekitar 1.400 unit, dimana kira-kira 1,200 beroperasi di Samudera Hindia (Pusat Perikanan Tangkap, 2002 dalam Nugraha, 2009).

    B. Rumusan Masalah

    Fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:

    1. Bagaimana anatomi dan morfologi ikan tuna mata besar (bigeye tuna)?
    2. Bagaimana tingkah laku dan kebiasaan hidup ikan tuna mata besar (bigeye tuna)?
    3. Bagaimana penangkapan ikan tuna mata besar (bigeye tuna) dilakukan dan alat tangkap apa saja yang digunakan?

    C. Tujuan

    Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:

    1. Untuk mengetahui anatomi dan morfologi ikan tuna mata besar (bigeye tuna).
    2. Untuk mengetahui tingkah laku dan kebiasaan hidup ikan tuna mata besar (bigeye tuna).
    3. Untuk mengetahui cara-cara penangkapan ikan tuna mata besar (bigeye tuna) beserta alat tangkap yang digunakan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Taksonomi Ikan Tuna Mata Besar

    Dalam taksonomi, bigeye tuna memiliki klasifikasi sebagai berikut:

    Phylum : Chordata
    Subphylum : Vertebrata
    Superclass : Gnathostomata
    Class : Osteichthyes
    Subclass : Actinopterygii
    Order : Percomorphii
    Suborder : Scombroidei
    Family : Scombridae
    Subfamily : Scombrinae
    Genus : Thunnus
    Species : Thunnus obesus

    Bigeye Tuna (Thunnus obesus) termasuk dalam jenis tuna besar. Bentuk tubuhnya memanjang langsing seperti torpedo. Sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan menjadi sangat panjang pada individu yang kecil. Tapisan insang 20-30 pada busur insang pertama. Dua sirip punggung, sirip punggung kedua diikuti 8-10 jari-jari sirip tambahan. Dua buah lidah (cuping) di antara kedua sirip perutnya. Jari-jari sirip tambahan berjumlah 7-10 di belakang sirip dubur. Sisik-sisiknya halus dan kecil. Pada korselet tumbuh sisik-sisik agak besar dan tebal tetapi tidak begitu nyata. Pangkal ekornya langsing, lunas kuat diapit dua lunas kecil pada ujung belakangnya.

    Tuna mata besar memiliki warna bagian atas tubuh hitam keabu-abuan, sedangkan bagian bawah perut berwarna putih. Garis sisinya seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan. Sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda. Ikan Tuna Mata Besar memiliki jari-jari sirip tambahan (finlet) berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya.

    Spesies ini mencapai panjang total maksimum 250 cm dengan panjang cagak rata-rata per individunya lebih dari 180 cm. Berat maksimumnya 210 kg (pada usia yang pernah dilaporkan 11 tahun). Pada tahun 1957 pernah dilaporkan di Cabo Blanco, Peru sepanjang 263 cm dengan berat 197,3 kg. Sedangkan pada tahun 1977 di Samudera Atlantik, tepatnya Maryland, USA seberat 170,3 kg dengan panjang cagak 206 cm. Ukuran panjang cagak normal tertangkap antara 40 cm dan 170 cm. Kematangan tampaknya dicapai pada 100 sampai 130 cm di Pasifik Timur dan di Samuder Hindia, dan di sekitar 130 cm di Pasifik Tengah.

    Ciri-ciri luar tuna mata besar yang lain adalah:

    1. Sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor;
    2. Pada ikan dewasa, matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain;
    3. Profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata;
    4. Sirip dada pada ikan dewasa adalah ¼ – 1/3 kali fork length;
    5. Sirip dada pada anak ikan tuna lebih panjang dan selalu melewati belakang sebuah garis yang digambar di antara tepi-tepi anterior sirip punggung kedua dan sirip anal;
    6. Ikan-ikan tuna mata besar dengan ukuran lebih dari 75 cm (10 kg) mempunyai sirip dada yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang sebanding.

    B. Tingkah Laku dan Kebiasan Hidup Big Eye

    1. Distribusi, Habitat dan Tingkah Laku Renang

    Dilansir dari situs www.fishbase.org, lingkungan hidup atau habitat ikan tuna mata besar berada pada kedalaman 0 – 250 m, biasanya 0 – 50 m. Ikan ini juga termasuk ikan pelagis oseanik yang melakukan migrasi ke berbagai perairan samudera. Hidupnya terutama di perairan subtropis, yakni pada lintang 45° LU – 43° LS, serta 180° BB – 180° BT, yang berada pada kisaran suhu 13° – 29° C.

    Sedangkan suhu perairan yang optimum bagi ikan tuna mata besar adalah berada pada rentang 17° – 22° C. Hal ini berkaitan dengan kisaran suhu termoklin yang tetap. Bahkan, di perairan Pasifik tropis bagian barat dan tengah, konsentrasi utama Thunnus obesus berkaitan erat dengan perubahan musim dan iklim pada suhu permukaan dan termoklin. Kelompok juvenil dan dewasa kecil dari tuna ini membetuk schooling di permukaan dalam kelompok yang sejenis atau bersama-sama dengan tuna sirip kuning dan/atau cakalang. Gerombolan tersebut dapat berasosiasi dengan benda-benda yang mengambang. Pembentukan gerombolan (schooling) ini biasanya terjadi saat tuna mata besar melakukan migrasi.

    Distribusi tuna mata besar di dunia sendiri tersebar di Atlantik, Indian dan Pasifik terutama di perairan tropis dan subtropis, kecuali di daerah Mediterania. Di Indonesia, daerah penyebaran tuna, termasuk tna mata besar, secara horisontal meliputi perairan barat dan selatan Sumatera, selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan sekitarnya, Laut Sulawesi dan perairan barat Papua. Ikan betina dewasa lebih banyak ditemukan di perairan tropis. Sementara itu, ikan tuna dewasa ditemukan setiap tahun di daerah sekitar barat dan tengah Samudera Hindia, meskipun juga jarang di bagian timur pada April hingga Desember. Laju tangkap di Samudera Hindia ini sangat rendah pada kedalaman kurang dari 100 m dan meningkat pada kedalaman lebih dari 200 m.

    Distribusi ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam struktur morfologis, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal yang merupakan faktor lingkungan, di antaranya adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan termoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan. Suhu dan kedalaman termoklin menjadi faktor utama distribusi vertikal dan horisontal dari tuna mata besar.

    Selain itu, salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran ikan ini dapat meliputi wilayah geografis yang cukup luas adalah kecepatan renangnya yang mencapai 50 km/jam, serta kemampuannya dalam penyebaran dan migrasi lintas samudera. Ikan tuna mata besar juga memiliki pola tingkah laku renang yang khas berdasarkan kedalaman. Pada malam hari, ikan ini berenang pada lapisan permukaan hingga kedalaman kira-kira 50 m, sedangkan pada siang hari tuna mata besar mampu menyelam hingga kedalaman 500 m.

    2. Reproduksi dan Kebiasaan Makan

    Dilansir dari situs resmi FAO (Food and Agriculture Organization) A.S, di Pasifik timur beberapa pemijahan telah dicatat pada lintang 10° LU dan 10° LS sepanjang tahun, dengan puncak dari April hingga September di belahan bumi utara dan antara Januari dan Maret di belahan bumi selatan. Disebutkan bahwa Kume (1967) menemukan korelasi antara terjadinya ketidakaktifan tuna mata besar secara seksual dengan penurunan suhu permukaan di bawah 23° atau 24° C. Tuna ini bertelur setidaknya dua kali setahun, jumlah telur per pemijahan diperkirakan 2,9 juta hingga 6,3 juta.

    Di Samudera Pasifik, ukuran minimum tuna mata besar pertama kali matang seksual sekitar 100 cm. Sedangkan di Pasifik bagian barat ikan betina 50% bereproduksi dengan ukuran pertama matang seksual adalah 135 cm dan ukuran minimum matang seksual adalah 102 cm. Sedangkan di Samudera Hindia, panjang tubuh (Fork Length) saat matang 50% betina maupun jantan diperkirakan 88,08 dan 86, 85 cm. Dimana rasio kelamin bervariasi setiap bulan dengan selang kelas ikan tuna ukuran kecil (81-115 cm) lebih banyak ikan betina, dan pada ukuran besar (125-155 cm) terdiri dari ikan jantan.

    Adapun kebiasaan tuna mata besar dalam mencari makanan adalah dengan cara bergerombol (schooling) yang terdiri dari ikan-ikan dengan ukuran tubuh relatif sama. Pencarian makan tersebut dilakukan baik di siang hari maupun di malam hari, namun lebih aktif di siang hari, sehingga penangkapan di siang hari lebih berhasil dibanding saat penangkapan di malam hari. Pada malam hari, tuna mata besar juga berenang di lapisan tengah untuk menghindari kompetisi makanan. Dalam upaya penangkapan mangsa, ikan ini menggunakan gerakan hebat dalam kolom air. Pergerakan ikan tuna naik turun di kolom air tersebut juga disesuaikan dengan ketersediaan makanan. Tuna mata besar sendiri tergolong karnivora yang makanannya mencakup berbagai jenis ikan, cumi dan udang-udangan. Sedangkan predator utamanya adalah billfish besar dan paus bergigi.

    C. Penangkapan Ikan Tuna Mata Balon

    Pada penangkapan tuna mata besar dalam skala Internasional, Jepang menempati urutan pertama, diikuti oleh Republik Korea dengan perbedaan yang jauh lebih tinggi. Secara global, penangkapan tuna jenis ini meningkat dari sekitar 164.000 ton di tahun 1974 hingga mencapai 201.000 ton persegi pada tahun 1980, dan mencapai puncaknya sebesar 214000 ton pada tahun 1977 (FAO, 1981). Dari tahun 1981 diperkirakan terjadi penurunan menjadi sekitar 167.000 ton (FAO, 1983). Di Samudera Hindia, penangkapan tuna mata besar didominasi oleh armada Jepang hingga akhir tahun 60-an, tapi kemudian operasi kapal dari Republik Korea menjadi lebih berperan, dan telah menyumbang lebih dari 60% dari hasil tangkapan di akhir 70-an.

    Teknik memancing yang paling penting adalah dengan alat tangkap longline (rawai tuna) yang terdiri dari sekitar 400 rangkaian (terdiri dari 5 branch line, dan masing-masing dengan kail berumpan) dan memperluas hingga mencapai 130 km. Spesies yang biasa digunakan sebagai umpan meliputi (dalam bentuk beku) Yellowtail Pasifik (Cololabis saira), Chub mackerel (Scomber japonicus), jack mackerel (Trachurus) dan cumi-cumi. Operasi pada waktu siang dan malam umumnya dilakukan sepanjang tahun, tetapi ada variasi kelimpahan musiman yang jelas nampak dalam perubahan effort. Pada tahun 70-an, longline untuk perairan dalam memasang 10 sampai 15 branch line per rangkaian longline. Jenis baru dari alat tangkap ini secara teoritis mampu memancing sampai pada kedalaman 300 m, dimana biasanya hanya mencapai 170 m dengan alat tangkap longline tradisional.

    Tingkat tangkapan meningkat selama sekitar 3 tahun dan kemudian menurun ke tingkat selanjutnya, hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian dari sumber daya tuna mata besar yang dieksploitasi. Tuna mata besar dieksploitasi dalam jumlah yang meningkat sebagai tangkapan lain pada penangkapan pole and line di musim semi dan musim panas di barat laut Pasifik, dan pada purse seine di Pasifik timur, dimana keduanya dioperasikan untuk menangkap cakalang dan yellowfin tuna sebagai tangkapan utama.

    Di perairan Samudera Hindia, penangkapan tuna mata besar dengan tuna longline meliputi selatan Jawa Timur, Bali sampai Nusa tenggara. Sebagian dari kapal tuna longline sudah beroperasi hingga sebelah selatan lintang 13° LS atau mencapai wilayah perairan laut bebas (sudah di luar ZEE Indonesia). Daerah-daerah penangkapan tuna mata besar di Indonesia  antara lain Laut Banda, Laut Maluku, dan perairan selatan Jawa terus menuju timur serta perairan selatan dan barat Sumatera.

    Dalam penangkapan tuna mata besar, baik dengan longline maupun pole and line, umpan menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung keberhasilan proses penangkapan. Syarat umpan yang baik adalah mempunyai sisik mengkilat, tidak berlendir, warna punggung gelap kebiruan sedang bagian perut keperakan, tubuh masih utuh dan sisiknya melekat kuat pada kulit, serta mempunya panjang 15 – 20 cm.

    Penangkapan tuna di Indonesia pada umumnya dilakukan pada musim-musim tertentu yang berbeda-beda pada tiap daerah. Di Ambon, puncak musim penangkapan terjadi pada bulan Februari-April dan September-Oktober, Ternate pada bulan April-Juni dan September-Oktober, Sorong pada bulan Februari-Juni, Bitung (Aertembaga) pada bulan Maret-Mei dan Agustus-November, barat Sumatera pada bulan September-Desember, serta selatan Jawa antara Mei-Oktober.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan mengenai tuna mata besar bisa ditarik kesimpulan bahwa tuna mata besar (big eye tuna) termasuk dalam famili Scombridae dengan nama ilmiah Thunnus obesus. Secara morfologi bigeye tuna memiliki bentuk tubuhnya seperti torpedo dengan sirip dada yang panjang, finlet berjumlah 8-10 setelah sirip punggung dan 7-10 di belakang sirip yang berwarna kuning terang dan hitam pada ujungnya. Sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda. Bigeye Tuna bisa mencapai panjang 250 cm dengan berat maksimumnya 210 kg (pada usia yang pernah dilaporkan 11 tahun).

    Spesies Thunnus hidup di perairan subtropis, yakni pada lintang 45° LU – 43° LS, serta 180° BB – 180° BT, yang berada pada kisaran suhu 13° – 29° C dengan suhu optimum 17° – 22° C pada kedalaman 0 – 250 m. Sedangkan distribusi tuna mata besar di dunia sendiri tersebar di Atlantik, Indian dan Pasifik terutama di perairan tropis dan subtropis, kecuali di daerah Mediterania. Di Indonesia, penyebaran meliputi perairan barat dan selatan Sumatera, selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan sekitarnya, Laut Sulawesi dan perairan barat Papua. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor internal (jenis/genetis, umur dan ukuran, tingkah laku/behaviour), dan faktor eksternal (suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan termoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan).

    Waktu pemijahan tuna mata besar terjadi dari April hingga September di belahan bumi utara dan antara Januari dan Maret di belahan bumi selatan. Tuna ini bertelur setidaknya dua kali setahun, jumlah telur per pemijahan diperkirakan 2,9 juta hingga 6,3 juta. Ukuran minimum tuna mata besar pertama kali matang seksual umumnya sekitar 100 cm.

    Tuna mata besar tergolong karnivora yang memakan berbagai jenis ikan, cumi dan udang-udangan dan mencari makanan dengan cara bergerombol (schooling) yang terdiri dari ikan-ikan dengan ukuran tubuh relatif sama. Pencarian makan tersebut dilakukan baik di siang hari maupun di malam hari, namun lebih aktif di siang hari, sehingga penangkapan di siang hari lebih berhasil dibanding saat penangkapan di malam hari. Sedangkan predator utamanya adalah billfish besar dan paus bergigi.

    B. Saran

    Pengetahuan mengenai tuna mata besar atau bigeye tuna (Thunnus obesus) sangat perlu dikembangkan terutama dalam hal penyebaran atau distribusinya. Sebab dari informasi distribusi dapat diketahui pergeseran tingkat hook rate dari bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun. Hook rate adalah jumlah ikan yang tertangkap pada setiap 100 mata pancing terpasang. Semakin besar nilai hook rate, semakin banyak jumlah penangkapan di wilayah tersebut.

    DAFTAR RUJUKAN

    Ariyanto, Yosep Heri. 2000. Studi tentang Laju Pancing dan Pola Musim Penangkapan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Perairan Selatan Jawa-Sumbawa, Samudera Hindia (Studi Kasus PT. Sari Segara Utama, Benoa-Bali). Skripsi. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

    Faizah, Ria. 2010. Biologi Reproduksi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Perairan Samudera Hindia. Tesis. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

    FAO. 2013. Thunnus obesus (Lowe, 1839). http://www.fao.org/fishery/species/2498/en. Diakses pada tanggal 03 Desember 2013, pukul 04:50 WIB

    Fishbase. 2013. Thunnus obesus (Lowe, 1839). http://www.fishbase.org/summary/Thunnus-obesus.html. Diakses pada tanggal 03 Desember 2013, pukul 06:25 WIB

    Murdaniel, Rama Putri Sri. 2007. Pengendalian Kualitas Ikan Tuna untuk Tujuan Ekspor di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zacham Jakarta. Skripsi. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

    Nugraha, Budi. 2009. Studi tentang Genetika Populasi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) Hasil Tangkapan Tuna Longline yang Didaratkan di Benoa. Tesis. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

  • Menghitung Groos Tonnage – GT Kapal

    Gross Tonnage (GT/isi kotor) kapal berdasarkan International Convention on Tonnage Measurement of Ships 1969 (Konvensi Internasional Tentang Pengukuran Kapal 1969) yang telah diratifikasi dengan Keppres No. 5 Tahun 1989 tentang Pengesahan International Convention on Tonnage Measurement of Ships 1969, adalah ukuran besarnya kapal secara keseluruhan dengan memperhitungan jumlah isi semua ruangan-ruangan tertutup baik yang terdapat di atas geladak maupun di bawah geladak ukur.

    Berdasarkan Keputusan Peraturan Pengukuran Kapal 1927 (Sceepmentings Ordonantie 1927) Pasal 32 Ayat (2) disebutkan bahwa ukuran isi kapal atau kendaraan air adalah dalam meter kubik (m3) dan dalam ton-register (Register Ton/RT). Jumlah ton-register didapat dengan cara mengalikan jumlah meter kubik dengan bilangan 0,353. Dengan demikian bilangan 0,353 merupakan nilai konversi dari meter kubik ke ton-register. Bilangan ini diperoleh berdasarkan ukuran satuan kaki (feet) Inggris, dimana:

    Satu feet = 30,479 cm

    Satu feet kubik = 0,02831405 m3

    100 feet kubik = 2,831405 m3

    Satu meter kubik = 0,353 RT (Register Ton)

    Sebagaimana yang tertera dalam Keputusan DIRJEN PERLA No. PY.67/1/13-90 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Perhubungan (Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 41 Tahun 1990 tentang Pengukuran Kapal-kapal Indonesia), pada BAB 1 Pasal 1 disebutkan bahwa cara pengukuran kapal di Indonesia adalah sebagai berikut :

    a. Cara pengukuran Internasional ditetapkan terhadap kapal berukuran panjang 24 (dua puluh empat) meter atau lebih;

    b. Cara pengukuran dalam Negeri ditetapkan terhadap kapal berukuran panjang kurang dari 24(dua puluh empat) meter.

    Penentuan GT kapal menurut cara pengukuran dalam negeri, dihitung sesuai dengan ketentuan Pasal 26 dan 27 dalam Keputusan DIRJEN PERLA No. PY.67/1/13-90.

    Berdasarkan cara pengukuran dalam negeri, GT kapal diperoleh dan ditentukan sesuai dengan rumus sebagai berikut:

    GT = 0,353 x V

    dimana:

    V : adalah jumlah isi dari ruangan di bawah geladak atas ditambah dengan ruangan-ruangan di atas geladak atas yang tertutup sempurna yang berukuran tidak kurang dari 1 m3.

    Nilai 0,353 sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya adalah merupakan nilai konversi dari satuan meter kubik ke ton register. Oleh karena itu, penggunaan rumus yang demikian ini mengakibatkan ukuran isi kapal dinyatakan dalam satuan ton register.

    Dalam pengukuran volume berdasarkan cara pengukuran dalam negeri, isi ruangan di atas geladak adalah hasil perkalian majemuk dari ukuran panjang rata-rata, lebar rata-rata dan tinggi rata-rata suatu ruangan. Sementara itu isi ruangan di bawah geladak adalah perkalian majemuk dari:

    Isi/volume ruangan = L x B x D x f

    dimana:

    L : panjang kapal, yang diukur mulai dari geladak yang terdapat di belakang linggi haluansampai geladak yang terdapat di depan linggi buritan secara mendatar.

    B : lebar kapal, adalah jarak mendatar diukur antara kedua sisi luar kulit lambung kapal pada tempat yang terbesar, tidak termasuk pisang-pisang.

    D : dalam kapal, adalah jarak tegak lurus di tempat yang terlebar, diukur dari sisi bawah gading dasar sampai sisi bawah geladak atau sampai pada ketinggian garis khayal melintang melalui sisi atas dari lambung tetap.

    Faktor “f”, dalam istilah naval architect disebut juga sebagai koefisien kegemukan kapal atau koefisien balok (coefficient of block, Cb). Nilai Cb menunjukkan nilai rasio antara volume displasemen kapal dengan perkalian antara panjang (L), lebar (B) dan dalam (D) kapal. Nilai Cb semakin mendekati angka 1 (satu) menunjukkan bahwa kapal tersebut hampir berbentuk balok. Contoh nilai Cb mendekati angka 1 adalah kapal tongkang.

    Pada tanggal 17 Mei 2002, telah ditetapkan Keputusan Dirjen PERLA No. PY.67/1/16-02 yang berisikan tentang adanya perubahan rumus dalam menghitung GT sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya dalam Keputusan Dirjen PERLA No. PY.67/1/13-90 (Pasal 26).

    Rumus GT kapal yang sebelumnya adalah hasil perkalian antara 0,353 dengan V berubah menjadi:

    GT = 0,25 x V

    Tonage (tonase), adalah sebuah harga yang didapat dengan menghitung sesuai

    peraturan dan cara tertentu yang dapat dianggap menunjukkan internal capacity suatu

    kapal, yaitu banyaknya ruangan didalam kapal yang dapat memberikan keuntungan.

    Terdapat dua macam register tonage, yaitu Brt (bruto register tonage), dan Nrt (netto

    register tonage)

    – Cb = coefisient block adalah perbandingan antara volume badan kapal di bawah air

    dengan volume kotak yang dibatasi oleh panjang (l), lebar (b) dan sarat air (d)

    yang sama. RumusCb = volume displacement (l x b x d)

    – Batasan coefisient block :

    kapal barang (general cargo) = 0,65 – 0,75

    kapal cepat (fast boat) = 0,35 – 0,50

    kapal tanker = 0,75 – 0,80

    barge (tongkang) = 0,80 – 0,95

    tug boat (kapal tunda) = 0,65 – 0,70

    – Displacement adalah jumlah air dalam ton yang dipindahkan oleh kapal terapung,

    atau gaya tekan keatas oleh air terhadap kapal yang besarnya sama dengan berat

    zat cair yang dipindahkan atau sama dengan volume badan kapal yang tercelup

    dikalikan dengan berat jenis air laut (BD air laut = 1,025).

    Rumus, Displacement = volume x BD air laut = l x b x t x cb x bd

    – Dead weight ( Dwt ) atau bobot mati adalah gabungan berat dalam ton untuk

    berat muatan, bahan bakar, minyak pelumas, air tawar, bahan makanan dan

    minuman, awak kapal, penumpang dan barang bawaan.

    Rumus, Dwt Displacement – Lwt

    – Light weight (lwt) atau berat kapal kosong adalah berat badan kapal,bangunan atas,

    peralatan/perlengkapan kapal, permesinan kapal dan lain-lain

    Rumus, Lwt Displacement-Dwt

    – Berat muatan ( PB ) hasil perhitungan berat muatan yang secara kasar tersebut akan

    dibandingkan dengan berat muatan yang tercantum dalam manifest kapal, dari

    perbandingan tersebut petugas dapat memperkirakan kemungkinan ada/tidak nya

    kelebihan atau pelanggaran. Rumus, PB Dwt-Lwt

    Bobot Mati Kapal Dalam Ton, Sarat Kapal Dalam Kaki (FT), Sarat Kapal dalam Desimeter

    10.000                                                 26                                           79

    20.000                                                  30                                           91

    50.000                                                 38                                            115

    100.000                                               48                                           146

    200.000                                               60                                           183

    300.000                                               72                                            219

    500.000                                               90                                           274

  • Jenis Ikan Target Mancing Pasiran – Sirf Fishing

    Ikan Target Mancing Pasiran

    Berikut jenis-jenis ikan yang bisa didapatkan ketika memancing di pantai atau pasiran (surf-fishing). Beberapa ikan karang juga kadang berada di wilayah pantai pasir untuk mancari makan berupa udang, ikan-ikan kecil, crustacea, dan lain-lain. Sementara ini yang bisa kita ulas dari berbagai sumber yang ada, macam-macam ikan target pasiran :

    Senangin/Laosan

    Kalau di DIY, ikan ini biasa disebut ikan surung, ikan yang biasanya memangsa udang-udang kecil, cacing laut, dan crustacea kecil. Biasanya ada di sekitaran 10 hingga 15 meter dari bibir pantai, namun tergantung situasi pantai dan bentuk garis pantai. Untuk yang ukuran dewasa biasanya lebih mendekat ke perairan yang sedikit dalam untuk mencari makan. Kalau di Jepang dan sekitarnya ada sejenis selangin juga yang disebut ikan kuro, satu famili namun beda jenis. Para pemancing pasiran biasanya menggunakan potongan udang kecil untuk menangkap ikan ini.

    Senangin atau surung ini jika dilihat sekilas hampir menyerupai ikan bandeng, hanya yang membedakan bentuk mulut dan sirip, serta memiliki beberapa rambut/kumi/sungut dibawah mulutnya. Dan ikan ini biasanya bergerak diombak yang cukup beriak.

    Bojor (sand whiting)

    Atau sand whiting, merupakan ikan penghuni pantai berpasir yang biasa aktif apapun kondisi pantainya. Dan ini adalah ikan yang biasa bergerombol atau dengan kata lain schooling fish. Biasa memakan pecahan crustacea, dan juga udang atau potongan-potongan udang kecil untuk yang ukuran sekitar 2 sampai 5 ons. Untuk yang ukuran sekilo lebih jarang ditemui, mungkin karena dari kecil udah kena pancing kali yaa.. ? hahaha..

    Sering diburu oleh para pemancing pasiran dengan tekhnik rangkaian renteng, karena kebiasaannya yang sering bergerombol di tepian pantai. Dan ikan ini tidak mengenal musim, maka dari itu sebagai target cadangan jika ikan-ikan monster sedang sepi. Dagingnya pun cukup lezat jika diolah menjadi masakan.

    · Megan (small spotted dart)

    ikan megan
    Nama kerennya Fish-Dart/dart fish, swallow tail-dart, atau fish tail dart. Kadang disebut juga spotted dart fish atau small spotted dart yang sebenarnya lebih sering bergerombol atau schooling di wilayah karang dalam. Dengan ukuran bervariasi dari 20cm hingga 60 cm. Untuk yang ukuran dewasa biasa mencari makan di area karang dalam lautan dengan cara bergerombol. Sebagai catatan, salah seorang pemancing lawas dan warga dari pesisir selatan mengungkapkan bahwa jika belum musim ikan megan, namun ada yang mendapatkan ikan ini berarti pertanda bahwa kondisi air sedang kurang bagus untuk memancing. Sepertinya memang ada benarnya juga, disini penulis juga sempat membuktikan setelah hooked up dan landed megan seukuran tapak kaki orang dewasa di hari berikutnya segala jenis ikan pantai/pasir tidak ada yang landed satu pun.

    · Ikan tanda-tanda

    ikan tanda-tanda
    Biasa sering disebut ikan tanda-tanda, yang besarnya bisa mencapai 2-5 kg lebih. Yang menepi biasa tidak lebih dari 1 kg, biasa mencari makan udang atau crustacean di tepian pantai. Sering juga ditemui dikawasan perairan payau dan muara. Ikan ini juga menjadi favorit para penggemar casting di muara sungai dan mangrove. Namun ikan yang satu ini jarang menjadi target utama para pemancing dan pencari monster, karena dari ukuran dan tingkat agresifnya yang dirasa kurang tangguh.

    · Kakap timun

    ikan
    Ikan dengan variasi sisik kuning putih ini jarang ditemui ketika air keruh, tapi lebih banyak berada di wilayah pantai yang dekat dengan terumbu karang. Ikan yang variasi ukurannya sama seperti ikan tombol ini lebih suka pada perairan dangkal dengan air jernih.

    · Ikan Kerang-kerong

    crescent perch/terongan
    Ikan dengan nama lain terapon jarbua ini, Penduduk atau pemancing lokal sering menyebut terongan atau kerang-kerong. Lebih sering tertangkap pemancing dan nelayan dengan ukuran mulai dari 200 gram hingga 1 kg. Ikan ini sering berada di perairan dangkal atau pantai dan sering juga di muara-muara dan sungai yang berair payau. Mereka memakan segala jenis crustacea dan udang, hingga sisa-sisa ikan mati di permukaan dan di dalam air. Para mania pasiran juga sering mendapatkan ikan ini dalam ukuran tidak lebih dari 500 gram. Ikan ini memang tergolong kecil penghuni karang dan perairan pasir dangkal/pantai hingga muara sungai. Dalam bahasa internasional sering disebut crescent bass/crescent perch.

    · Ikan Bekukon

    ikan bekukon/bekuku
    Ikan ini banyak sekali sebutannya, bekuku, bekukon, dan lain-lain. Ikan yang sebutan internasionalnya sea-bream-fish ini sering tertangkap para pemancing di wilayah pantai dengan ukuran 100 gram hingga 1 kg. Biasa menghuni perairan dangkal di pantai dan muara. Untuk ukuran 3kg keatas biasa ada di laut dalam dengan banyak terumbu. Ikan ini juga sering hooked-up jika kamu hobi memancing malam hari di pantai/pasiran.

    · Ikan Kuwe

    landed beberapa Giant Trevally dan gatho/permit
    Beberapa spesies ikan kuwe ini sering sekali hooked-up di wilayah perairan pantai, ketika air tebal (menjelang pasang naik dan menjelang surut). Ikan yang menjadi favorit para penghobi pasiran ini sebenarnya juga bergerombol ketika berburu mangsa. Makanya ketika seorang angler strike dan landed ikan kuwe bisa dipastikan pemancing yang lain akan mendapatkan hal yang sama. Dan banyak macam ikan kuwe yang bisa didapatkan dari memancing di wilayah pantai.

    § Permit/Gatho

    gatho/pompano 7kg up
    Jenis ikan kuwe yang satu ini menjadi favorit pecinta pasiran, mereka biasa menyebut ikan Gatho. Bahasa kerennya sih pompano alias permit. Ikan ini biasa berkeliaran di wilayah pantai ketika air jernih dan tebal, dengan cara bergerombol dengan ukuran yang cukup bervariasi. Ukuran yang biasa landed sekitar 1 kg hingga 6 kg. Ukuran besar dari 10 kg hingga 25kg bisa juga hooked up ketika air benar-benar jernih dan dalam/tebal. Ikan ini lebih sering memakan crustacea dan ikan-ikan kecil di wilayah perairan pantai.

    Dan bagi beberapa pemancing, ikan ini terkenal manja, karena jika senar/main-line terlalu tebal katanya susah untuk strike spesies yang satu ini. Umpan paling ideal untuk target ikan gatho adalah undur-undur laut/sand-crab(emerita). Dan untuk mendapatkan ikan gatho kondisi air laut harus jernih dan cukup dalam, makanya harus memancing di suangan /lebeng /cekungan di wilayah pantai. Dan jangan lupa gatho lebih agresif ketika matahari terbit(pagi-siang-sore) atau malam ketika sinar bulan cukup terang.

    § Giant Trevally

    caru/GT pasiran wedi ombo
    Atau sering disingkat GT ini, penduduk lokal di DIY biasa menyebut ikan caru atau kadang pok’an. Ikan yang juga sering bergerombol ketika mencari mangsa atau imigrasi ke suatu perairan. Ikan ini memakan ikan-ikan kecil, crustacea, cumi-cumi, dan pecahan/remukan ikan mati yang terhampar di perairan karang dan pantai. Juga merupakan salah satu favorit para penggila surf-fishing. Ukurannya pun bermacam-macam mulai dari 500 gram hingga 30kg. Dan tidak terpengaruh kondisi keruhnya air. Tapi lebih bagus ketika air cukup jernih. Malam hari pun ikan ini juga sering aktif mencari makan.
    Untuk tingkat agresif, jangan ditanya lagi, ikan ini sangat agresif dan perenang cepat. Cukup tangguh perlawanannya ketika hooked-up, dan inilah alasannya mengapa para surfer alias pecinta pasiran pasti berharap strike giant-trevally. Dan untuk umpan ideal jika memburu caru ini adalah ikan kecil dan ikan yang masih hidup atau segar. Seperti ikan bojor, anakan kating/lundu, dan ikan gabus(snake-head).

    · Samangati/ Croaker

    belanger croaker/samangati
    Hampir famili dengan kakap/snapper tapi famili sangat jauh, hahaha soalnya bentuknya dan ciri fisiknya banyak berbeda dengan kakap yang lainnya, anggap aja ini keluarga croaker hehe. Ikan ini memakan crustacea hingga udang bahkan juga ikan kecil. Untuk ukuran monster ikan ini sering disebut langon/ikan langon bagi penduduk sekitar pesisir selatan jawa. Ikan langon sering menjadi target para pemancing dan nelayan lokal. Ikan yang bisa mencapai lebih dari 10 kg ini merupakan ikan musiman. Jadi ketika berharap ikan samangati biasanya menunggu hingga mulai musimnya. Tapi disini sering membingungkan kenapa nama nya bisa beda sesuai ukuran? Entahlah, yang jelas ikan ini enak lho hehe..

    hammer croaker

    soldier croaker
    Untuk nama ilmiah ikan ini bervariasi sesuai ukuran dewasa, ada belanger croaker, soldier croaker, white croaker, smooth croaker, blackmouth croaker, tigertooth croaker dan yang paling besar mencapai ukuran 150 cm adalah black-spotted croaker.

    · Ikan Pari (Dasyatidae)

    pari mutiara
    Ikan pari atau stingray sangat tidak asing di telinga para pemancing khususnya pendekar pasiran. Ikan ini bervariasi sesuai habitatnya. Beberapa ikan pari atau ikan Pe atau Peh (penduduk lokal menyebutnya) yang bisa didapatkan ketika memancing dengan teknik surf-fishing.

    pari mondol
    Tapi hati-hati jika mendapatkan ikan yang satu ini, karena memiliki senjata di ekornya. Ikan dengan puluhan jenis ini kadang kita langsung menyebut ikan pari atau dalam bahasa jawa iwak pe . Puluhan hingga ratusan jenis ikan pari di seluruh dunia, tapi hanya beberapa yang mendiami lautan selatan jawa. Ikan ini sering mencari makan disekitaran dasaran pasir pantai untuk yang ukuran kecil hingga medium.

    pari macan
    · Lundu/keting (Mystus)

    keting/luthok 4,5 kg up pantai pelangi depok
    Ikan ini sering disebut keting atau kating, di wilayah timur DIY nelayan lokal sering menyebut keting, namun diwilayah barat sering disebut luthok untuk ukuran 500 gram ke atas. Ikan ini memiliki senjata yang menyatu dengan sirip punggung dan samping.
    Ikan pemangsa segala ini sangat mudah dipancing ketika air kasar dan sedikit keruh. Untuk ukuran kecil biasa menghuni sungai atau muara yang dekat dengan laut. Dan luthok atau keting ini banyak sekali kelasnya/jenisnya, ada yang sampai ke perairan tawar ada pula yang hidup di payau. Untuk mendapatkan ikan ini cukup lebih sederhana daripada ikan penghuni pantai lainnya apalagi waktu malam dan air cukup tebal. Luthok adalah spesies yang banyak diminati oleh pemancing pasiran ketika ikan lain cukup susah didapat.
    Untuk memburu ikan ini lebih ideal ketika malam hari, karena ikan ini termasuk hewan nokturnal.

    · Hiu Bambu Cokelat (Brownbanded Bamboo shark)

    butonogo (brownbanded bamboo shark)
    Adalah spesies yang tergolong masih baru saja diidentifikasi oleh ilmuwan-ilmuwan bahwa ikan ini penghuni asli perairan Indonesia. Ikan ini memakan segala jenis invertebrata dan crustacea. Untuk wilayah selatan DIY biasa disebut butonogo. Ikan ini berenang merayap di antara terumbu dan pasir laut dangkal hingga pantai. Ada beberapa macam jenis ikan ini seperti cat bamboo shark, lizard lasy shark fish, dan lain-lain. Ikan ini maksimal panjang hingga 80 cm. Dan ketika kamu me-target ikan ini ketika memancing, jangan banyak berharap karena ikan ini sangat susah terkena kail kalau menurut cerita para surfer.

  • Pengaruh Pasang Surut Air Laut Terhadap Aktifitas Ikan

    Pengaruh Pasang Surut Terhadap Perikanan

    A. Pengertian Pasang Surut

    Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan ( bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari

    Pasang surut adalah gerakan naik turunnya permukaan laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan, sebagai satelit kecil, jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). (Nontji, 2005).

    Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. (Dronkers, 1964).

    B. Tipe-Tipe Pasang Surut

    Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Disuatu daerah pada dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :

    1. Pasang surut harian ganda ( semi diurnal tide). Dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut secara berurutan. Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat malaka sampai laut andaman.
    2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide). Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat karimata.
    3. Pasang surut campuran condong keharian ganda.(mixed tide prevailing semidiurnal). Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat perairan indonesia timur.
    4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal). Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis in biasa terdapat di daerah selat kalimantan dan pantai utara jawa barat

    C. Pengaruh Pasang Surut Terhadap Perikanan

    Terjadinya pasang surut memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan perairan. Misalnya Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut (Tidal current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman.

    Arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.

    Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada

    setiap sisi batas.Zona intertidal adalah zona littoral yang secara reguler terkena pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga pasang terendah. Didalam wilayah intertidal terbentuk banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang merupakan habitat yang sangat mengakomodasi organisme sedimenter. Morfologi di zona intertidal ini mencakup tebing berbatu, pantai pasir, dan tanah basah/wetlands. Pengaruh pasang-surut terhadap organisme dan komunitas zona intertidal paling jelas adalah kondisi yang menyebabkan daerah intertidal terkena udara terbuka secara periodik dengan kisaran parameter fisik yang cukup lebar. Organisme intertidal perlu kemampuan adaptasi agar dapat menempati daerah ini. Faktor-faktor fisik pada keadaan ekstrem dimana organisme masih dapat menempati perairan, akan menjadi pembatas atau dapat mematikan jika air sebagai isolasi dihilangkan.
    Kombinasi antara pasang-surut dan waktu dapat menimbulkan dua akibat langsung yang nyata pada kehadiran dan organisasi komunitas intertidal. Pertama, perbedaan waktu relatif antara lamanya suatu daerah tertentu di intertidal berada diudara terbuka dengan lamanya terendam air. Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang sangat penting karena pada saat itulah organisme laut akan berada pada kisaran suhu terbesar dan kemungkinan mengalami kekeringan. Semakin lama terkena udara, semakin besar kemungkinan mengalami suhu letal atau kehilangan air diluar batas kemampuan. Kebanyakan hewan ini harus menunggu sampai air menggenang kembali untuk dapat mencari makan. Semakin lama terkena udara, semakin kecil kesempatan untuk mencari makan dan mengakibatkan kekurangan energi. Flora dan fauna intertidal bervariasi kemampuannya dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan terkena udara, dan perbedaan ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan distribusi organisme intertidal.

    Pengaruh kedua adalah akibat lamanya zona intertidal berada diudara terbuka. Pasang-surut yang terjadi pada siang hari atau malam hari memiliki pengaruh yang berbeda terhadap organisme. Surut pada malam hari menyebabkan daerah intertidal berada dalam kondisi udara terbuka dengan kisaran suhu relatif lebih rendah jika dibanding dengan daerah yang mengalami surut pada saat siang hari.
    Pengaruh pasang-surut yang lain adalah karena biasanya terjadi secara periodik maka pasang-surut cenderung membentuk irama tertentu dalam kegiatan organisme pantai, misalnya irama memijah, mencari makan atau aktivitas organisme lainnya.

    a. Biota pada zona intertidal

    Biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah satu daerah ekologi yang paling familiar, habitat dan interaksinya sudah diketahui oleh ilmuan, penelitian diadakan di pulau cruger yang pantai utaranya merupakan (freshwater) air tawar dan berbatu. Fauna pada pantai berbatu pulau cruger berkarakteristik dominan pada binatang air tawar. Dilingkungan laut khususnya di intertidal. Spesies yang berumur panjang cenderung terdiri dari berbagai hewan inverbrata.

    Pantai yang terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang sangat baik bagi hewan-hewan atau tumbuhan-tumbuhan yang dapat menempelkan diri pada lapisan ini.

    b. Pola adaptasi organism intertidal

    Bentuk adaptasi adalah mncakup adaptasi structural, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi structural merupakan cara hidup untuk menyesuaikan dirinya dengan mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat tubuh kearah yang lebh sesuai dengan keadaan lingkungan dan keperluan hidup.
    Adaptasi fisiologi adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara penyesaian proses-proses fisiologis dalam tubuhnya. Adaptasi tingkah laku adalah respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk perubahan tingkah laku.

    Organisme intertidal memilki kemampuan untuk beradaptasi dngan kondisi lingkungan yang dapat berubah secara signifikan, pola tersebut meliputi:

    1. Daya Tahan terhadap Kehilangan air
      Organisme laut berpindah dari air ke udara terbuka, mereka mulai kehilangan air. Mekanisme yang sederhana untuk menghindari kehilangan air terlihat pada hewan-hewan yang bergerak seperti kepiting dan anemon. Hewan-hewan tersebut memiliki bentuk morfologi seperti memiliki alat gerak yang baik untuk melakukan pergerakan yang cepat, serta struktur tubuh yang ditutupi oleh zat kapur yang cukup kuat.
    2. Pemeliharaan Keseimbangan Panas
      Organisme intertidal juga mengalami keterbukaan terhadap suhu panas dan dingin yang ekstrim dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga keseimbangan panas internal. Contoh pada siput dan kerang-kerangan ketika pasang maka siput tersebut akan mengeluarkan badannya dari cangkang untuk melakukan aktivitas, sedangkan ketika keadaan surut yang mengakibatkan keberadaan siput tersebut terdedah dengan mendapatkan suhu lingkungan yang ekstrim, maka tubuhnya akan dimasukkan ke dalam cangkang, untuk tetap mempertahankan suhu tubuhnya yang stabil.
    3. Tekanan mekanik
      Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda, pada pantai berbatu dan pada pantai berpasir. Untuk mempertahankan posisi menghadapi gerakan ombak, organism intertidal telah membentuk beberapa adaptasi.
    4. Pernapasan
      Diantara hewan intertidal terdapat kecenderungan organ pernapasan yang mempunyai tonjolan kedalam rongga perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hal ini dapat terlihat jelas pada berbagai moluska dimana insang terdapat pada rongga mantel yang dilindungi cangkang. Contoh hewan ini adalah Bivalvia.
    5. Cara Makan
      Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal harus mengeluarkan bagian-bagian berdaging dari tubuhnya. Karena ituseluruh hewan intertidal hanya aktif jika pasang naik dan tubuhnyaterendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan detritus maupun predator.
    6. Reproduksi
      Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkan melekat, sehingga dalam penyebarannya mereka mmenghasilkan telur atau larva yang terapung bebas sebagai plankton. Hampir semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang seirama dengan munculnya arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu pasang purnama.
  • Nama dan Jenis Ikan Laut – Lengkap Gambar dan Nama Latin

    Berikut ini adalah nama-nama dan Jenis ikan laut. Agar lebih jelas kami sertakan dengan gambarnya.

    Pengertian Ikan

    Ikan adalah anggota dari Kingdom Animal Divisi Vertebrata Poikilotermik yang berada pada kelas Pisces. Pisces merupakan hewan berdarah dingin dengan kemampuan menyaring oksigen menggunakan Insang.

    Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Ikan juga hidup diberbagai tempat, serta memiliki ciri khas yang saling membedakan satu jenis ikan dengan ikan lainnya, namun walaupun memiliki ciri-ciri yang berbeda namun kebanyakan termasuk golongan kerluarga yang sama. Diantaranya Ikan kakap, ada namanya ikan kakap merah, ikan kakap macan, ikan kakap kayu, dan lain sebagainya. Ikan juga hidup diberbagai macam jenis air, ada ikan yang dapat hidup pada air tawar, ada yang hidup pada air laut, ada yang hidup pada air payau. Namun pada bahasan ini saya hanya membahas tentang jenis-jenis ikan yang hidup di air laut. berikut tabel penjelasannya: 

    Nama Ikan Air Laut

    NONama Ikan dalam B.IndonesiaKeterangan SingkatGambar Ikan dan Bahasa atinnya
    1Kakap Putihfamili     : Centroponida
    Kingdom: Chordata
    Divisi    : Vertebrata
    Kelas    : Pisces
    Sub kelas : Teleostei
    Ordo  : Percomorphi
    Famili  : Centroponidae
    Genus : Lates
    Species: Lates calcarifer
    Lates calcaliferLates calcalifer
    2Kerapu TikusFilum : Chordata
    Subfilum : Vertebrata
    Kelas : Osteichtyes
    Subkelas: actinopterigi
    Ordo : Percomorphi
    Subordo : percoidae
    Family : Serranidae
    Subfamily: Ephinephelinae
    Genus: Cromileptes
    Spesies: Cromiileptes altivelis
    Cromileptes altivelis
    3Kerapu KayuPanjangnya bisa mencapai 75 cm. Kepala dan badannya berwarna abu-abu atau coklat kehijau-hijauan muda dengan bintik bundar yang warnanya bisa dari merah jingga sampai coklat tua. Dikatakan kerapu kayu karena warnanya seperti warna menyerupai kayu.Ephinephelus tauvina
    4Kerapu Cantang (kerapu silang)Hibrida antargenus (Ephinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus Lancolatus)
    5BandengKingdom  : Animalia Phylum  : Chordata Sub phylum : Vertebrata Class : PiscesSub class : Teleostei Ordo : Malacopterygii Family : Chanidae Genus  : Chanos Species : Chanos chanos Local name : Bandeng
    Chanos-chanos
    6Kerapu MacanEphinephelus fuscoguttatus (kerapu macan)
    7Kerapu SunuPlectropomus leopardus (kerapu sunu)
    8Kerapu MalabarEpinephelus malabaricus (kerapu malabar)
    9BaronangSiganus guttatus (ikan baronang)
    10Kakap merah
    Lunjanus argentinaculatus (kakap merah)
    11Ikan TunaThunnus albacares (ikan tuna)
    12Ikan TeriStolephorus commersonii
    13Ikan HiuCarcharhinus longimanus
    14Ikan kembungRastrelliger kanagurta
    15Ikan kuweCaranx sexfasciatusCaranx sexfasciatus